FACTS ABOUT REFORMASI INTELIJEN INDONESIA REVEALED

Facts About reformasi intelijen indonesia Revealed

Facts About reformasi intelijen indonesia Revealed

Blog Article

Untuk mencegah terulangnya pendadakan strategis perlu dilakukan penguatan terhadap intelijen di Indonesia. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam rangka penguatan intelijen negara.

Soeharto, who seriously comprehended the value of the intelligence functionality and the need to transfer immediately, shaped the Satuan Tugas Intelijen

Jurnal Intelijen adalah media massa yang bersifat umum yang mengulas sisi pemberitaan secara mendalam. Dalam beberapa berita akan disajikan scenario, foresight, prediksi, dan rekomendasi yang disarankan oleh Redaksi untuk dilaksanakan oleh pemangku kepentingan terkait. Pemilihan kata "intelijen" yang mengandung makna cerdas dan tepat yang artinya jurnalis dan jajaran Redaksi dalam membuat berita akan dilakukan dengan cermat, tepat, cepat dan menghadirkan narasumber yang kompeten. Disamping itu, media massa ini tidak terkait dengan lembaga intelijen manapun juga baik dalam dan luar negeri. Kami mengundang pembaca dan pemangku kepentingan dan pihak manapun baik di dalam dan luar negeri untuk bekerjasama dengan media massa ini baik terkait indepht reporting, kerjasama pemberitaan ataupun kerjasama lainnya.

As said over, Suharto’s rule, which fell thanks to numerous pressures,[28] remaining a person difficulty for the new government; navy structures which were still faithful to Suharto. ZA Maulani, who was The pinnacle of BAKIN beneath President Habibie, in an interview during the media expressed Soeharto’s disappointment While using the civilian elite who ‘betrayed’ him by quoting Suharto’s assertion, “I've nurtured and promoted them because the start in their occupation but when I really wanted their assist, they turned down me.

Sukarno's balancing act of "Nasakom" (nationalism, religion and communism) had been unravelled. His most vital pillar informasi lebih lanjut of support, the PKI, had been properly eliminated by the other two pillars—the army and political Islam; and the army was on the way to unchallenged energy. In March 1968, Suharto was formally elected president.

In summary, we want to underline three major difficulties. Very first, the working experience with the militarization of intelligence and the use of intelligence corporations for the advantage of the elite must serve as a lesson for the restructuring and reform of intelligence into an expert company, independent from politics and serving the pursuits on the point out exclusively.

Kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh Kominda merupakan faktor sangat penting dalam menghimpun informasi. Hal tersebut dilakukan untuk mendeteksi secara dini segala bentuk kerawanan di daerah, termasuk terorisme.

Rizal Darma Putra menegaskan bahwa design pendekatan ancaman harus menjadi standar bagi BIN untuk mengantisipasi ancaman dengan tepat waktu. Dalam konteks transisi kekuasaan, kemampuan intelijen untuk menganalisis ancaman menjadi semakin penting.

Sebelumnya pada awal tahun 1998- 2005 aksi terorisme di Indonesia mempunyai modus serangan dengan skala besar seperti perampokan,peracunan, pengeboman daya ledak tinggi, dan mereka mempunyai concentrate on musuh, yaitu musuh jarak jauh (

Konsep intelijen dalam memori kolektif rakyat Indonesia cenderung bermakna negatif karena dikaitkan dengan pekerjaan dinas rahasia pemerintah yang menangkap, menyiksa, dan bahkan melenyapkan lawan-lawan politik pemrintah yang tengah berkuasa. Praktek-praktek ini sering terjadi di masa lalu, bahkan masih ada di period reformasi saat kematian aktivis HAM Munir dikaitkan dengan aparat intelijen BIN.

Intelijen di period awal kemerdekaan memang terjadi militerisasi mengingat ancaman saat itu adalah ancaman perang dari luar selain ancaman disintegrasi dari dalam.

Intelijen tidak dapat menunggu suatu perbuatan digolongkan sebagai kejahatan setelah menimbulkan akibat. Intelijen justru harus memberikan peringatan bahwa akan terjadinya sesuatu, yang mengakibatkan kerugian bagi negara.

era. With no democratic technique of checks and balances and also the development of an oligarchic government supported by army forces and businessmen, cronies in the rulers, President Soeharto utilized intelligence to promote don't just the pursuits of condition safety but in addition his possess and his relatives’s political and economic pursuits.

Reformasi dalam rekrutmen dan kultur kerja intelijen menjadi bagian penting dalam upaya menjaga profesionalisme dan efektivitas lembaga intelijen dalam menjalankan tugasnya.

Report this page